CERITA NABI SULAIMAN MENDENGAR KATA LANDAK
Alkisah Bayan berhikayat. Maka kata Bayan,
“ Sekali Peristiwa Nabi Sulaiman alaihi`salam dipersembahkan oleh raja jin air
ma`al hayat pada suatu bejana kecil. Maka Nabi Allah Sulaiman pun bertanyakan
khasiat air ma`al hayat itu kepada seorang menteri baginda yang bernama Asad.
Maka sembah menteri Asad itu, “Ya, tuanku syah Alam! Baiklah tuanku minum,
supaya kekal hidup Syah Alam hingga hari kiamat.”
Maka Nabi Allah Sulaiman pun bertanya pula kepada menteri baginda
jin yang bernama afrit itu, “Baiklah, supaya segala penyakit didalam tubuh Syah
Alam hingga hari kiamat.”
Maka Nabi Sulaiman pun bertanya kepada menteri baginda bernama
Burung Ukab, demikianlah titah baginda,”Hai menteriku! Betapakah bicaramu? Aku
minumkah air ini atau jangankah?”
Maka sembah menteri Ukab,”baik Syah Alam minum, supaya duli Syah
Alam boleh kembali muda pula.”
Setelah itu, Nabi Allah Sulaiman pun bertanya kepada menteri
Asad,”baiklah tuanku minum, supaya duli tuanku bertambah-tambah baik paras,
tetapi pada antara patik ini daripada segala binatang yang terlebih bijaksana
lagi berakal ialah landak itu. Baik duli Syah Alam bertanya kepada landak itu.”
Maka tiatah Nabi sulaiman, “ Di mana landak itu sekarang?” Maka
sembahlah Asad. “ Akan landak itu di dalam lubangnya.” Maka titah Nabi Sulaiman
kepada kuda, suruh pergi memanggil landak itu, katanya,.” Hai landak! Titah
panggil engkau segera kemari.”
Maka kata Landak,”Mohonlah hamba dahulu.”
Maka kuda itu pun kembalilah menghadap baginda Sulaiman. Demi Nabi
Sulaiman mendengar sembah kuda itu, maka murkalah Nabi Sulaiman akan landak.
Maka bertitah pula Nabi Sulaiman kepada anjing,” Pergilah engkau
panggil landak itu. Jika tiada ia mau kemari, hendaklah engkau gagahi bawa
kemari juga; baik jahat pun bawalah olehmu.”
Maka anjing pun perhilah dengan segera. Setelah sapai ia ke lubang
landak itu, maka ia pun bertempik, katanya,”Hai landak! Marilah Engkau
dipanggil oleh Nabi Allah Suliman. Segeralah engkau ke luar. Jika tiada mau
dengan baik, dengan jahat aku bawa menghadap.”
Maka landak pun terkejut mendengar sura anjing itu terklalu hebat
bunyinya. Maka segeralah ia berlari-lari datang menghadap Nabi Allah Sulaiman.
Maka landak pun sujud kepalanya ke tanah.
Maka titah Raja Sulaiman kepada menterinya, manatah katamu landak
ini berakal lagi bijakasana. Mengapa kesuruh panggil kepada kuda kenaikan aku
yang mulia, tiada ia mau kemari, maka kusuruh panggil kepada anjing yang hina
itu, maka segera ia datang
Maka menteri itu pun menjunjung duli titah Raja Sulaiman itu kepada
landak.
Maka sahut landak,” Hai menteri yang budiman! Sebenarnyalah titah
duli Syah Alam itu, tetapi tidakah tuan hamba tahu akan kasiatnya? Adapun akan
kuda itu suatu binatang yang mulia, sekali-kali tiada ia akan berbuat fitnah
kepada hamba; senbagaimana kata hamba. Demikianlah dipersembahkan nya kebawah
duli syah alam dengan sembah durhaka. Jadi, durhakalah hamba. Sebab itulah maka
hamba segera datang, takut hamba dikatakan durjaka ke bawah duli Syah Alam
itu.”
Setelah didengar raja Sulaiman sembah landak itu, maka titah Raja
Sulaiman,” Hai landak! Hampirlah engkau kepada aku! Aku hendak bertanya
kepadamu, bahwa aku dipersembahkakan Raja jin air ma`al hayat di dalam benjana.
Betapa bicaramu? Baiklah aku minum atau janganjah aku minum ? Hendaklah engkau
berdatang sembah yang benar kepada aku..”
Demi landak mendengar titah Raja Sulaiman, maka ia pun menunduklah
kepala-nya seraya berfikir di dalam hatinya. Seketika lagi maka ditanya pula
oleh Raja Sulaiman, “ Hai landak! Mengapakah engkau berdiam dirimu menunduk
seperti kuang tiada berdatang sembah kepada aku?”
Maka landak pun segera menggerakan kepalanya. Maka sembah landak.”
Ampun tuank, beribu-ribu ampun! Patik ini binatang yang hina memohonkan ampun.
Sekiranya duli Syah Alam santap air ma1al-hayat itu, terlalu baik. Umur Syah
Alam pun lanjut dan penyakit pun tiada di dalam tubuh. Duli Alam Syah pun mUda
selama-lamanya. Tetapi, jahatnya pun ada juga.”
Maka titah Raja Sulaiman “apa jahatnya?”
Maka Sembah landak,” Jika Duli Syah Alam santap air mata ma`al-hayat
itu, tiadalah Syah Alam mati, cucu cicit Syah Alam pun mati, dan rakyat bala
tentara duli Syah Alam pun mati, hingga duli tuanku seorang yang juga hidup.
Apakah gunanya hidup yang demikian itu?”
Maka titah Nabi Sulaiman, “Sungguhlah katamu, hai landak! Hidup yang
demikian itu tiada gunanya.”
Maka benjana air ma`al al-hayat itu dempaskan ke bumi oleh Nabi
Allah Sulaiman alaihi as-salam.”
Maka kata Bayan,”Demikian hikayat Raja Sulaiman menurutkan kata
binatang landak. Akan sekarang tuan hamba turutlah juga kata hamba ini.
Pergilah tuan hamba pada anak raja itu.”
Maka istri khoja Maimun pun berjalanlah baharu hingga pintu maka
haripun sianglah. Maka istri Khoja berjalanlah balik naik ke rumahnya tidur di
atas geta gading.
Setelah hari malam, orang pun habis tidur, maka istri khoja Maimun
pun bangun. Setelah sudah, maka ia pun datanglah pula kepada Bayan, serya
katanya,” HAi raja segala burung di dalam ala mini, yang amat budiman dan
memberi manfaat segala pekerjaan! Berilah kepadaku izin pergi kepada kekasihku
itu!”
Maka jata Bayan,”Ya Siti yang amat elok lagi bijaksana, tidakah tuan
menurut kata hamba ini? Baik juga tuan pergi. Malam pun telah sunyi. Akan
tetapi, ingat-ingat ttuan, karena tuan ada memeliharakan unggas yang hina ini
lagi tiada tahu membalas guna; adalah hamba ini seperti hikayatSabur, tatkala
ia memelihara pesan raja Damsyik, maka jadi terpeliharalah ia dripada
kejahatan.”
Maka istri Khoja Maimun pun bertanya,”Betapakah hikayat Sabur itu?”
Maka Sahut Bayan,”Mengapa Juga tuan ini gila-gila mendengar hikayat?
Pergilah tuan hamba dahulu. Insya Allah esok harilah hamba berhikayat, karena
hamba lihat sangatlah kasihan akan ank raja itu ternanti-nanti.”
Maka istri Khoja Maimun,” jika kamu kasihan aku, berkhikayatlah dahulu.
Sekarang aku pergi.”