Senin, 27 Mei 2013

HIKAYAT BAYAN BUDIMAN



CERITA NABI SULAIMAN MENDENGAR KATA LANDAK


Alkisah Bayan berhikayat. Maka kata Bayan, “ Sekali Peristiwa Nabi Sulaiman alaihi`salam dipersembahkan oleh raja jin air ma`al hayat pada suatu bejana kecil. Maka Nabi Allah Sulaiman pun bertanyakan khasiat air ma`al hayat itu kepada seorang menteri baginda yang bernama Asad. Maka sembah menteri Asad itu, “Ya, tuanku syah Alam! Baiklah tuanku minum, supaya kekal hidup Syah Alam hingga hari kiamat.”
Maka Nabi Allah Sulaiman pun bertanya pula kepada menteri baginda jin yang bernama afrit itu, “Baiklah, supaya segala penyakit didalam tubuh Syah Alam hingga hari kiamat.”
Maka Nabi Sulaiman pun bertanya kepada menteri baginda bernama Burung Ukab, demikianlah titah baginda,”Hai menteriku! Betapakah bicaramu? Aku minumkah air ini atau jangankah?”
Maka sembah menteri Ukab,”baik Syah Alam minum, supaya duli Syah Alam boleh kembali muda pula.”
Setelah itu, Nabi Allah Sulaiman pun bertanya kepada menteri Asad,”baiklah tuanku minum, supaya duli tuanku bertambah-tambah baik paras, tetapi pada antara patik ini daripada segala binatang yang terlebih bijaksana lagi berakal ialah landak itu. Baik duli Syah Alam bertanya kepada landak itu.”
Maka tiatah Nabi sulaiman, “ Di mana landak itu sekarang?” Maka sembahlah Asad. “ Akan landak itu di dalam lubangnya.” Maka titah Nabi Sulaiman kepada kuda, suruh pergi memanggil landak itu, katanya,.” Hai landak! Titah panggil engkau segera kemari.”
Maka kata Landak,”Mohonlah hamba dahulu.”
Maka kuda itu pun kembalilah menghadap baginda Sulaiman. Demi Nabi Sulaiman mendengar sembah kuda itu, maka murkalah Nabi Sulaiman akan landak.
Maka bertitah pula Nabi Sulaiman kepada anjing,” Pergilah engkau panggil landak itu. Jika tiada ia mau kemari, hendaklah engkau gagahi bawa kemari juga; baik jahat pun bawalah olehmu.”
Maka anjing pun perhilah dengan segera. Setelah sapai ia ke lubang landak itu, maka ia pun bertempik, katanya,”Hai landak! Marilah Engkau dipanggil oleh Nabi Allah Suliman. Segeralah engkau ke luar. Jika tiada mau dengan baik, dengan jahat aku bawa menghadap.”
Maka landak pun terkejut mendengar sura anjing itu terklalu hebat bunyinya. Maka segeralah ia berlari-lari datang menghadap Nabi Allah Sulaiman. Maka landak pun sujud kepalanya ke tanah.
Maka titah Raja Sulaiman kepada menterinya, manatah katamu landak ini berakal lagi bijakasana. Mengapa kesuruh panggil kepada kuda kenaikan aku yang mulia, tiada ia mau kemari, maka kusuruh panggil kepada anjing yang hina itu, maka segera ia datang
Maka menteri itu pun menjunjung duli titah Raja Sulaiman itu kepada landak.
Maka sahut landak,” Hai menteri yang budiman! Sebenarnyalah titah duli Syah Alam itu, tetapi tidakah tuan hamba tahu akan kasiatnya? Adapun akan kuda itu suatu binatang yang mulia, sekali-kali tiada ia akan berbuat fitnah kepada hamba; senbagaimana kata hamba. Demikianlah dipersembahkan nya kebawah duli syah alam dengan sembah durhaka. Jadi, durhakalah hamba. Sebab itulah maka hamba segera datang, takut hamba dikatakan durjaka ke bawah duli Syah Alam itu.”
Setelah didengar raja Sulaiman sembah landak itu, maka titah Raja Sulaiman,” Hai landak! Hampirlah engkau kepada aku! Aku hendak bertanya kepadamu, bahwa aku dipersembahkakan Raja jin air ma`al hayat di dalam benjana. Betapa bicaramu? Baiklah aku minum atau janganjah aku minum ? Hendaklah engkau berdatang sembah yang benar kepada aku..”
Demi landak mendengar titah Raja Sulaiman, maka ia pun menunduklah kepala-nya seraya berfikir di dalam hatinya. Seketika lagi maka ditanya pula oleh Raja Sulaiman, “ Hai landak! Mengapakah engkau berdiam dirimu menunduk seperti kuang tiada berdatang sembah kepada aku?”
Maka landak pun segera menggerakan kepalanya. Maka sembah landak.” Ampun tuank, beribu-ribu ampun! Patik ini binatang yang hina memohonkan ampun. Sekiranya duli Syah Alam santap air ma1al-hayat itu, terlalu baik. Umur Syah Alam pun lanjut dan penyakit pun tiada di dalam tubuh. Duli Alam Syah pun mUda selama-lamanya. Tetapi, jahatnya pun ada juga.”
Maka titah Raja Sulaiman “apa jahatnya?”
Maka Sembah landak,” Jika Duli Syah Alam santap air mata ma`al-hayat itu, tiadalah Syah Alam mati, cucu cicit Syah Alam pun mati, dan rakyat bala tentara duli Syah Alam pun mati, hingga duli tuanku seorang yang juga hidup. Apakah gunanya hidup yang demikian itu?”
Maka titah Nabi Sulaiman, “Sungguhlah katamu, hai landak! Hidup yang demikian itu tiada gunanya.”
Maka benjana air ma`al al-hayat itu dempaskan ke bumi oleh Nabi Allah Sulaiman alaihi as-salam.”
Maka kata Bayan,”Demikian hikayat Raja Sulaiman menurutkan kata binatang landak. Akan sekarang tuan hamba turutlah juga kata hamba ini. Pergilah tuan hamba pada anak raja itu.”
Maka istri khoja Maimun pun berjalanlah baharu hingga pintu maka haripun sianglah. Maka istri Khoja berjalanlah balik naik ke rumahnya tidur di atas geta gading.
Setelah hari malam, orang pun habis tidur, maka istri khoja Maimun pun bangun. Setelah sudah, maka ia pun datanglah pula kepada Bayan, serya katanya,” HAi raja segala burung di dalam ala mini, yang amat budiman dan memberi manfaat segala pekerjaan! Berilah kepadaku izin pergi kepada kekasihku itu!”
Maka jata Bayan,”Ya Siti yang amat elok lagi bijaksana, tidakah tuan menurut kata hamba ini? Baik juga tuan pergi. Malam pun telah sunyi. Akan tetapi, ingat-ingat ttuan, karena tuan ada memeliharakan unggas yang hina ini lagi tiada tahu membalas guna; adalah hamba ini seperti hikayatSabur, tatkala ia memelihara pesan raja Damsyik, maka jadi terpeliharalah ia dripada kejahatan.”
Maka istri Khoja Maimun pun bertanya,”Betapakah hikayat Sabur itu?”
Maka Sahut Bayan,”Mengapa Juga tuan ini gila-gila mendengar hikayat? Pergilah tuan hamba dahulu. Insya Allah esok harilah hamba berhikayat, karena hamba lihat sangatlah kasihan akan ank raja itu ternanti-nanti.”
Maka istri Khoja Maimun,” jika kamu kasihan aku, berkhikayatlah dahulu. Sekarang aku pergi.”

Senin, 22 April 2013

Perilaku Politik, Budaya Politik, dan Pendidikan



Perilaku Politik, Budaya Politik, dan Pendidikan

Bulan Mei kita pandang sebagai Bulan Pendidikan. Dalam bulan Mei kita berpikir dan berenung tentang pendidikan kita. Dirasakan masih banyak hal yang harus diluruskan. Selain itu, ada juga hal-hal yang kita rasakan sebagai keberhasilan dan kecemerlangan. 
Jadi dunia pendidikan kita kini dihadapi dengan perasaan campur baur. Ada hal-hal yang menimbulkan rasa bangga, tetapi ada pula yang menimbulkan rasa sedih dan iba.
Di tengah kesibukan menggagas pendidikan kita dikejutkan aneka peristiwa politik yang menampakkan wajah jelek dunia politik kita kini: kerusuhan dalam rangka pilkada, bupati terpilih yang digugat, kongres partai politik yang dinamakan islah, tetapi penuh percekcokan, dan pernyataan tokoh-tokoh politik yang tidak jelas maksud dan tujuannya. Hari ini bilang “A”, beberapa hari kemudian bilang “non-A”. Kita menyaksikan perilaku politik Indonesia dalam format yang jelek.
Lalu di antara kita ada yang bertanya, “Masih adakah yang dapat dilakukan oleh dunia pendidikan guna menjamin datangnya generasi politik yang lebih santun dan lebih bertanggung jawab di masa depan yang tidak terlampau jauh?”
Untuk menjawab pertanyaan ini, melahirkan serangkaian diskusi dan seminar. Di antara kita ada yang berpandangan optimistis, tetapi ada pula yang berpandangan pesimistis, bahkan ada yang berpandangan sinis (cynical).
Sumber perilaku politik
Menurut pendapat saya, sumber perilaku politik pada dasarnya adalah budaya politik, yaitu kesepakatan antara pelaku politik tentang apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Kesepakatan ini tidak selalu bersifat terbuka, tetapi ada pula yang bersifat tertutup.
Kesepakatan untuk menerima amplop setiap kali dilakukan pembahasan RUU merupakan kesepakatan gelap (illicit agreement). Membayar “uang pelicin” kepada para petinggi politik untuk mendapatkan dukungan partai dalam rebutan jabatan bupati, wali kota, dan gubernur merupakan tindakan yang dianggap sah dalam budaya politik kita kini.
Suatu budaya politik biasanya berlaku selama periode tertentu. Ketika datang perubahan penting dalam konstelasi politik, datang pula para pelaku baru dalam gelanggang politik, terbukalah kesempatan untuk memperbarui budaya politik.
Di negara kita budaya politik para perintis kemerdekaan berbeda dari budaya politik pada zaman demokrasi parlementer, dan ini berbeda dengan budaya politik yang tumbuh dalam zaman Orde Baru. Zaman reformasi ini juga melahirkan budaya politik baru, yang kemudian melahirkan perilaku politik yang menyusahkan banyak orang. Di sementara kalangan budaya politik kita disebut dengan “budaya politik aji mumpung”.

Perilaku Politik, Budaya Politik, dan Pendidikan

Bulan Mei kita pandang sebagai Bulan Pendidikan. Dalam bulan Mei kita berpikir dan berenung tentang pendidikan kita. Dirasakan masih banyak hal yang harus diluruskan. Selain itu, ada juga hal-hal yang kita rasakan sebagai keberhasilan dan kecemerlangan. 
Jadi dunia pendidikan kita kini dihadapi dengan perasaan campur baur. Ada hal-hal yang menimbulkan rasa bangga, tetapi ada pula yang menimbulkan rasa sedih dan iba.
Di tengah kesibukan menggagas pendidikan kita dikejutkan aneka peristiwa politik yang menampakkan wajah jelek dunia politik kita kini: kerusuhan dalam rangka pilkada, bupati terpilih yang digugat, kongres partai politik yang dinamakan islah, tetapi penuh percekcokan, dan pernyataan tokoh-tokoh politik yang tidak jelas maksud dan tujuannya. Hari ini bilang “A”, beberapa hari kemudian bilang “non-A”. Kita menyaksikan perilaku politik Indonesia dalam format yang jelek.
Lalu di antara kita ada yang bertanya, “Masih adakah yang dapat dilakukan oleh dunia pendidikan guna menjamin datangnya generasi politik yang lebih santun dan lebih bertanggung jawab di masa depan yang tidak terlampau jauh?”
Untuk menjawab pertanyaan ini, melahirkan serangkaian diskusi dan seminar. Di antara kita ada yang berpandangan optimistis, tetapi ada pula yang berpandangan pesimistis, bahkan ada yang berpandangan sinis (cynical).
Sumber perilaku politik
Menurut pendapat saya, sumber perilaku politik pada dasarnya adalah budaya politik, yaitu kesepakatan antara pelaku politik tentang apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Kesepakatan ini tidak selalu bersifat terbuka, tetapi ada pula yang bersifat tertutup.
Kesepakatan untuk menerima amplop setiap kali dilakukan pembahasan RUU merupakan kesepakatan gelap (illicit agreement). Membayar “uang pelicin” kepada para petinggi politik untuk mendapatkan dukungan partai dalam rebutan jabatan bupati, wali kota, dan gubernur merupakan tindakan yang dianggap sah dalam budaya politik kita kini.
Suatu budaya politik biasanya berlaku selama periode tertentu. Ketika datang perubahan penting dalam konstelasi politik, datang pula para pelaku baru dalam gelanggang politik, terbukalah kesempatan untuk memperbarui budaya politik.
Di negara kita budaya politik para perintis kemerdekaan berbeda dari budaya politik pada zaman demokrasi parlementer, dan ini berbeda dengan budaya politik yang tumbuh dalam zaman Orde Baru. Zaman reformasi ini juga melahirkan budaya politik baru, yang kemudian melahirkan perilaku politik yang menyusahkan banyak orang. Di sementara kalangan budaya politik kita disebut dengan “budaya politik aji mumpung”.

Apa hubungan budaya politik dengan pendidikan?
Budaya politik dibentuk dan dikembangkan oleh pelaku politik dan apa yang akan ditentukan oleh pelaku politik sebagai ciri-ciri utama budaya politik mereka sampai batas tertentu, dipengaruhi oleh pendidikan mereka. Jadi hubungan antara budaya politik dan pendidikan bersifat tidak langsung. Ini berarti pendidikan tidak secara final membentuk pelaku politik. Pendidikan memberi dasar-dasar kepada tiap calon pelaku politik. Jika dasar-dasar ini baik dan kokoh, besar kemungkinan (probabilitasnya) akah lahir pelaku-pelaku politik yang baik. Namun, jika dasar-dasar yang diberikan oleh pendidikan jelek dan rapuh, kemungkinan besarnya ialah yang akan muncul di kemudian hari adalah pelaku-pelaku politik yang jelek dan rapuh pula.
Berdasarkan generalisasi ini dapat dipahami mengapa perilaku para pelaku politik dari masyarakat dengan sistem pendidikan yang baik berbeda dengan perilaku pelaku politik yang berasal dari masyarakat dengan sistem pendidikan yang kurang memadai. Dalam masyarakat kita, misalnya, para pelaku politik dengan latar belakang pendidikan pesantren yang baik, berbeda perilakunya dari pelaku politik yang datang dari pendidikan pesantren yang kurang terpelihara atau dari latar belakang pendidikan yang berbau aristokrasi dan meritokrasi feodal atau militer.
Dulu, di Malaysia, para pelaku politik dengan latar belakang pendidikan British berbeda sepak terjang politiknya dari pelaku politik dengan latar belakang pendidikan Melayu. Di Inggris para politikus dengan latar belakang pendidikan elitis berbeda perilakunya dan budaya politiknya mereka yang datang dari kalangan pendidikan yang kurang beruntung.
Sosok pendidikan
Lalu bagaimana sosok pendidikan (kontur pendidikan) yang dapat menjadi landasan ideal kehidupan politik? Ini tergantung bagaimana kita men-definisi-kan “kehidupan politik” yang ideal. Namun, secara umum landasan yang baik adalah pendidikan yang dalam jargon politik disebut “pendidikan manusia seutuhnya”.
Dalam idiom modern, ini ialah pendidikan yang membimbing anak menjelajah enam wilayah makna (realms of meaning), yaitu simbolika, empirika, estetika, sinnoetika, etika, dan sinoptis. Pendidikan ini, jika diselenggarakan dengan baik, akan menghasilkan anak-anak muda yang mampu berpikir secara sistematik, mengenal dan memahami aneka persoalan empiris yang ada di masyarakatnya, memiliki rasa keindahan, memiliki kepekaan sosial, secara sukarela taat kepada norma-norma, dan mampu berpikir secara reflektif dan integratif. Menurut para ahli, pendidikan seperti ini memerlukan waktu empat belas tahum. Dalam sistem kita itu berarti pendidikan dari tingkat SD hingga sarjana muda atau D-2/D-3.
Dengan landasan pendidikan seperti ini, kiranya akan lahir insan-insan politik yang mampu merintis lahirnya budaya politik baru dan perilaku politik yang lebih santun dalam negara kita.
Untuk ini mungkin di masa depan kewajiban belajar bagi anak-cucu perlu ditingkatkan dari 9 tahun jadi 15 tahun. Mungkin di masa depan perlu diadakan ketentuan, untuk menjadi anggota DPRD dan DPR diperlukan paling tidak ijazah D-2 atau D-3. Jadi perjalanan yang harus ditempuh sistem pendidikan kita masih panjang sebelum lahir generasi politik yang lebih cakap, lebih santun, dan lebih bertanggung jawab daripada yang ada kini.

Sabtu, 23 Maret 2013

Pelajar, Sudahkah Belajar Secara Efektif ?



Pelajar, Sudahkah Belajar Secara Efektif  ?
                                                                                    
Bagi para pelajar, belajar merupakan santapan sehari-hari mereka. Namun, tak semua siswa mampu memperoleh hasil yamg maksimal dari belajarnya. Hanya sebagian saja dari mereka yang mampu membuat strategi jitu agar dapat belajar secara efektif. Salah satu penyebabnya mungkin karena masih bingung bagaimana cara belajar yang efektif dan pastinya cocok untuk mereka. Untuk itu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar mampu belajar secara efektif, diantaranya sebagai berikut :   
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         
 1.  membuat daftar target pencapaian                                                                                            
 Maksud dari pembuatan daftar target pencapaian yaitu agar dapat menyesuaikan proses belajar dengan tujuan akhir kita. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih mudah untuk mencapai cita-cita. Salah satu contohnya adalah, jika kita mempunyai keinginan untuk berkuliah di bidang kedokteran, tentu mata pelajaran biologi harus mendapatkan perhatian khusus. Tetapi jangan sampai mengabaikan mata pelajaran yang lain.        
                                                                                                                           
 2. menjadwal waktu belajar                                                                              
 Dalam proses belajar, terkadang kita hanya terfokus pada beberapa mata pelajaran. Bahkan, jika kita menyukai pelajaran tersebut kita selalu ingin belajar mata pelajaran itu terus. Untuk mengatasi ketimpangan dengan mata pelajaran lainnya, harus ada jadwal khusus yang dibuat untuk seluruh mata pelajaran. Jika kita ingin mempelajari lenih dalam mengenai mata pelajaran yang disukai, kita dapat mempelajarinya di luar jadwal belajar.                                                                                                                              

3. belajar secara runtut                                                                                                                         
 Agar lebih mudah dan lebih cepat dalam memahami suatu materi, kita harus belajar secara runtut mulai dari awal. Hal ini sangat penting, karena jika kita sudah memahami dasar dari materi yang dipelajari kita akan lebih mudah mempelajari bagian dari materi tersebut yang lebih sulit. Sebaliknya, jika kita belajar secara acak, kita akan menemui kesulitan dan akan timbul pertanyaan, mengapa bisa seperti ini?                                                     
                                             
4. membuat intisari materi pelajaran                                                                                                  
 Setiap akan mengahadapi ujian, kita tentu disibukkan untuk mempelajari beberapa materi yang sebagian materi itu telah diterima beberapa wakyu yang lalu. Masalah yang sering muncul pada pelajar adalah mereka telah lupa materi tersebut. Untuk mempermudah dalam me-review materi tersebut adalah dengan membuat intisari materi setiap pelajaran. Hal ini tentu akan mempermudah kita saat akan kembali mempelajarinya, kita tidak perlu membaca materi yang terlalu panjang yang terkadang membuat kita tambah bingung. Dengan membuat intisari pelajaran, kita dapat menghemat waktu dan tenaga dalam belajar. 
                                                                                                                       
  5. Mengulang kembali materi yang telah didapat
Setelah menerima materi kita sering tidak mengulangi materi yang telah didapat. Hal ini sering membuat kita lupa saat akan mempelajarinya lagi. Untuk mengatasi hal tersebut, mengulang pelajaran yan telah diterima sangat penting agar kita tidak mudah lupa dengan materi tersebut. Waktu yang ideal untuk mengulangnya adalah sore hari setelah pulang sekolah.   
                                                                                                                                                         
  6.Mempelajari materi yang akan diterima                                                                                        
 Supaya kita lebih mudah dalam memahami materi baru yang dibeikan, kita harus terlebih dahulu mempelajarinya. Waktu yang tepat adalah malam hari sebelumnya atau pagi hari sebelum atau sesudah Shubuh. Selain lebih mudah saat menerima pelajaran, dengan hal ini kita akan lebih cepat hafal mengenai materi tersebut.

7. Memprioritaskan tugas                                                                                                                 
 Ketika mendapat tugas dari guru, sebaiknya segera dikerjakan. Selain menumpuk-numpuk pekerjaan, hal ini dapat mengganggu konsentrasi belajar. Terlebih lagi jika kita lupa belum mengerjakan tigas itu sedangkan tugas itu arus dukumpulkan besuk. Hal ini tentu membuat kita mengerjakannya dengan terburu-buru. Ini akan membuat kita tidak dapat maksimal dalam mengerjakan tugas dan bila terlalu capek seringkali menimbulkan rasa malas saat akan belajar.
                                                                                                                    
8. Mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat                                                                                   
Saat belajar tentu konsentrasi sangat dibutuhkan. Namun, jika tubuh atau otak kita dalam keadaan lelah akan membuat kuta sulit untuk menemukan konsentrasi tersebut. Untuk itu, istirehat sangat diperlukan agar tubuh dan otak kita kembali segar. Selain dengan cara tidur, juga dapat dengan cara memainkan game, menonton televisi, atau beberapa hiburan lainnya.
                                                                                                                                        
  9. Mencari referensi mengenai materi yang dipelajari                                                                         
 Selain dari buku yang didapat dari sekolah, untuk memperdalam pemahaman materi dapat dengan mencari referensi dari sumber buku yang lain atau dari media internet. Dengan mencari referensi, kita dapat memperoleh pengetahuan mengenai materi yang dipelajari yang tidak ada di buku pegangan.
                                                                                                                  
10. Mencari berbagai soal dari materi yang dipelajari                                                                         
 Untuk mengetahui apakah kita sudah memahami materi atau belum adalah dengan mengerjakan soal dari materi yang dipelajai. Soal tersebut bisa didapatkan dari buku maupun dari internet. Soal-soal tersebut dapat dijadikan referensi saat akan menghadapi ujian. Yaitu dengan kita mempelajari apa saja yang sering ditanyakan dari materi tersebut.
                                                                                                                                                                      11. Belajar di tempat yang nyaman                                                                                                   
 Tempat dimana kita belajar merupakan salah satu kunci sukses atau tidaknya kita dalam belajar. Tempat yang baik untuk belajar yaitu yang tidak ramai, sehingga tidak mengganggu konsentrasi kita dalam belajar. Selain tempat yang tidak ramai, tempat yang cocok untuk belajar adalah tempat yang nyaman dan tentunya bersih.
                                                                                 
12. Belajar saat mood sedang baik                                                                                                       
 Saat belajar, memperhatikan mood sangat penting dilakukan. Jika kita belajar saat mood sedang tidak baik, itu hanya akan membuang waktu saja. Karena, saat suasana hati sedang tidak baik akan membuat otak kita sulit menerima materi. Oleh karena itu, kita perlu memanfaatkan mood kita yang sedang bagus dengan sebaik-baiknya.                                                                             

       Itu adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk lebih mengefektifkan belajar. Tentunya untuk dapat belajar secara efektif, setiap individu mempunyai tipe belajarnya sendiri. Untuk itu, kita harus mengetahui tipe belajar terbaik kita agar aktivitas belajar kita menjadi efektif.